ORTI DEWATA.COM-KLUNGKUNG-sabtu,15-03-2025- Warga Desa Adat Banjar Pundukaha Kaja, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida Gelar Upacara nyejek api atau upacara segehan Desa yang dirangkaikan dengan nyepi Desa Adat, Upacara ini bertujuan untuk menetralisir aura negatif Menjelang Nyepi Tahun Saka sehingga terwujud Keharmonisan antara buana agung dan buana alit.
Berbicara masalah seni dan Budaya serta tradisi yang unik, Nusa Penida memang tidak pernah habis habisnya, dimana tradisi warisan budaya tersebut hinga kini terus dilestarikan, terlebih Nusa Penida saat ini yang menjadi Tujuan utama wisatawan ke Bali sehingga sangat tepat menjadi Daya dukung Pariwisata Budaya.
Di Desa Adat Pundukaha Kaja , Desa Bunga Mekar, Nusa Penida Klungkung Bali memiliki beberapa Tradisi yang Sangat unik diantaranya Sangyang Jaran, Sangyang Lelipi, Sangyang Sampat dan Tradisi Nyejek api, dimana tradisi ini diadakan setiap hari suci Purnama Kesangga yang diawali dengan upacara Pecaruan atau tawur Panca sate yang beretempat di Jaba sisi Pura Desa, Puseh dan Bale Agung Setempat, dilanjutkan dengan maprasawya dengan memutari bara api sebanyak tiga kali sebagai ungkapan untuk mematikan api kemarahan yang ada dalam jiwa raga manusia serta dan dilanjutkan dengan ngundur buta kala ke arah timur, selatan, barat, utara dan catupata Desa, sehinga semua yang bersifat buta berubah menjadi sifat Dewa, dengan demikian proses catur brata penyepian berjalan dengan baik.
Selesai ngundur buta dilanjutkan dengan proses sembahyang bersama Dimana semua Krama Desa adat wajib mengikuti rangkaian dan proses upacara, sebelum nyejek api dimana warga terlebih dahulu diperciki air suci oleh Pemangku setempat agar saat nyejek api tidak terluka bakar. upacara nyejek api dilakukan pada pukul 03.00 upacara wajib selesai sebelum matahari terbit(endag surya)
Menurut Bendesa Desa Adat Pundukaha Kaja, Mangku Made Lasa, Mengatakan Tradisi nyejek api keberadaanya sudah sejak tempo dulu yang kini terus dilestarikan tradisi ini dilakukan sehari sebelum diadakan nyepi Desa adat, nyepi ini beda dengan nyepi tahun baru saka yang dilakukan secara umum oleh umat Hindu Bali dan Nusantara.
Nyepi tahun saka dengan Nyepi Desa adat Pundukaha Kaja hampir memiliki makna yang sama dimana nyejek api atau menginjak- injak bara api bagian dari upacara Pengerupukan dengan tujuan menetralisir roh yang bersifat negatif dan ke esok harinya dilanjutkan dengan nyepi Desa Adat, pada nyepi Desa Adat ini warga luar Desa tidak diperbolehkan memasuki lingkungan Desa adat Pundukaha Kaja, Pecalang Melakukan Penjagaan disetiap Perbatasan Desa adat, sementara warga Desa adat setempat wajib melaksanakan catur brata penyepian dan tidak diperbolekan keluar rumah, jika melanggar warga mendapat teguran hinga saksi adat berupa denda sebanyak 5 kilo gram beras.
Menurut Kadis Kebudayaan Kabupaten Klungkung I Ketut Suadnyana mengatakan tradisi ini wajib dilestarikan dan pihaknya akan melakukan kajian dan mendata agar bisa didaftarkan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia ke KWRI UNISCO Melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis: Kak Dewata.